Follow Us @cindirositadesy

Selasa, 05 Juni 2018

Laporan Struktur Morfologi Daun



I.              JUDUL
Struktur Morfologi Daun.
II.           TUJUAN
2.1     Kegiatan 1
Mempelajari bagian-bagian utama daun dan alat pelengkapnya.
2.2     Kegiatan 2
Mempelajari bangun helaian daun (circumscription), ujung daun (apeks), pangkal daun (basis), susunan tulang-tulang daun (nervatio atau venation), tepi daun (margo), daging daun (intervenium), permukaan daun dan sifat-sifat lainnya.
2.3     Kegiatan 3
Mempelajari macam-macam susunan daun majemuk
2.4    Kegiatan 4
Mempelajari tata letak daun pada batang daun (phylotaxis).
2.5    Kegiatan 5
Memahami perkembangan daun

III.        TINJAUAN PUSTAKA
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun, daun hanya terletak pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang lainnya pada tumbuhan.bentuk daun yang tipis dan melebar, berwarna hijau, dan duduknya pada batang menghadap ke atas sudah selaras dengan fungsi daun yaitu sebagai alat untuk pengambilan zat-zat makanan (reabsorbsi), pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi), dan pernafasan (respirasi) (Waluyo, 20010:126).
Daun (leaf) pada kebanyakan tumbuhan vaskular merupakan organ fotosintetik utama, walaupun batang hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi namun biasanya terdiri atas sebuah helaian (blade) pipih dengan satu tangkai daun (petiole), yang menyambungkan daun ke batang pada nodus. Rumput dan kebanyakan monokotil yang lain tidak memiliki tangkai daun, sebagai gantinya dasar daun membentuk seludang yang membungkus batang (Campbell, 2008:318).
Daun memiliki beberapa bagian yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap berupa daun penumpu (stipulae), selaput bumbung (ocrea atau ochrea) dan lidah-lidah (ligula) (Waluyo, 2010:126).
bangun daun yang meliputi helaian daun (lamina), ujung daun dan pangkal daun, Tepi daun, posisi kelenjar daun, tangkai daun, tipe pertulangan daun dan pengelompokan pertulangan daun (Rasnovi, 2013:40).
Berdasarkan susunan daunnya daun dibedakan menjadi daun lengkap dan daun tidak lengkap. Daun lengkap yaitu apabila suatu daun memiliki tiga bagian yang ada pada daun yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina) sedangkan daun yang tidak memiliki salah satu dari bagian tersebut disebut daun yang tidak lengkap (Tjitrosoepomo, 2009:11).
Berdasarkan ada tidaknya suatu bagian pada daun dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja maka disebut daun bertangkai, daun yang terdiri atas upih dan helaian daun disebut daun berupih atau daun berpelepah, daun yang hanya terdiri atas helaian saja tanpa upih dan tangkai sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang disebut daun duduk (sessilis), jika daun yang terdiri atas helaian saja dapat mempunyai pangkal yang lebar hingga pangkal daun seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang sehingga disebut daun memeluk batang, jika daun hanya terdiri atas tangkai saja, dalam hal ini tangkai biasanya menjadi pipih sehingga meyerupai helaian daun yang semu atau palsu disebut filodia (Tjitrosoepomo, 2009:11-12).
Berdasarkan letak bagian daun yang terlebar dapat dibedakan menjadi empat yaitu  bagian yang terlebar terdapat kira-kira di tengah helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helai daun, dan tidak ada bagian yang telebar artinya helaian daun dari pangkal ke ujung dapat dikatakan lebarnya sama. Bagian yang terlebar berada di tengah–tengah helaian daun dibagi menjadi lima yaitu. Jika panjang:lebar = 1:1 maka disebut bulat atau bundar (orbicularis), daun yang biasanya bangun bulat mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun melainkan pada bagian tengah helaian daun disebut bangun perisai (peltatus), jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½-2 : 1 disebut jorong (ovalis atau ellipticus), jika panjang : lebar = 2 ½ -3 : 1 disebut memanjang (oblongus), dan jika panjang : lebar = 3-5 : 1 disebut bangun lanset (lanceolatus). Bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah helaian daun dibedakan dalam dua golongan. Pangkal daunnya tidak bertoreh dan pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Pangkal daunnya tidak bertoreh dapat dibedakan menjadi empat bentuk yaitu. Bangun bulat telur (ovatus), bangun segitiga (triangularis), bangun delta (deltoideus), dan bangun belah ketupat (rhomboideus) (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Pangkal daun bertoreh atau berlekuk dapat dibedakan menjadi lima bentuk yaitu bangun seperti bulat telur tetapi pangkal daun memperlihatkan sebuah lekukan disebut bangun jantung (cordatus), daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal yang berlekuk dangkal disebut bangun ginjal atau kerinjal (reniformis), daun tak seberapa lebar, ujung tajam, dan pangkal dengan lekukan yang lancip disebut bangun anak panah (sagittatus),  bangun  anak panah tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar disebut bangun tombak (hastatus), dan bangun tombak tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat disebut bertelinga (auriculatus). Bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun dibagi menjadi empat bangun yaitu seperti bulat telur tetapi bagian yang lebar terdapat dekat ujung daun disebut bangun bulat telur sungsang (obovatus), bangun jantung sungsang (obcoratus), bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus), dan bangun bulat telur terbalik yang disebut bangun sudip atau bangun spatel  atau solet (spathulatus). Jika tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama lebarnya dibagi menjadi lima bangun yaitu pada penampang melintangnya pipih dan daun amat panjang disebut bangun garis (linearis), serupa dengan daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi disebut bangun pita (ligulatus), daun tebal di bagian tengah dan tipis kedua tepinya disebut bangun pedang (ensiformis), bentuk daun hampir seperti silinder, ujung runcing, dan seluruh bagian kaku disebut bangun paku atau dabus (subulatus), dan serupa dengan bangun paku , lebih kecil dan meruncing panjang disebut bangun jarum (acerosus) (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
            Ujung daun (apex folii) dibagi menjadi tujuh bentuk yaitu jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut lancip (lebih kecil dari 90o) disebut runcing (acutus), pada ujung yang runcing tetapi pada titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi daridugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing disebut meruncing (acuminatus), tepi daun yang semula agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih dari 90o) disebut tumpul (obtusus), pada ujung yang tumpul tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur disebut membulat (rotundatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata disebut rompang (truncatus), ujung daun memperlihatkan suatu lekukan, terkadang amat jelas disebut terbelah (retusus), dan jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing keras disebut berduri (mucronatus). Pangkal daun (basis folii) dibagi menjadi dua yaitu, yang tepi daunnya dibagian itu tidak pernah bertemu dan yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain. Yang tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung pangkal daun dapat, runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), rompang atau rata (truncatus), dan berlekuk (emarginatus). (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Jika tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai dengan letak daun pada batang dan pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau berhadapat dengan letak daunnya. Susunan tulang-tulang daun (nervatio atau venatio) berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan sebagai berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah dan pengangkutan hasil asimilasi. Tulang daun menurut besar kecil dibedakan dalam tiga macam yaitu. Ibu tulang (costa) adalah tulang yang biasanya terbesar yang merupakan terusan tangkai daun dan terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah daun, tulang-tulang yang lebih kecil dari ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang disebut tulang tulang cabang (nervus lateralis), dan tulang-tulang cabang yang kecil atau lembut dan membentuk susunan seperti jala disebut urat-urat daun (vena). Tepi daun (margo folii) dibedakan menjadi dua macam yaitu rata (integer) dan bertoreh (divisus). Tepi daun dengan toreh yang merdeka dibagi menjadi  lima macam yaitu, jika sinus dan angulus sama lancipnya disebut bergerigi (serratus), bergerigi ganda atau rangkap (biserratus) , jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip disebut bergigi (dentatus), jika sinusnya tajam dan angulusnya tumpul maka disebut beringgit (crenatus), dan jika sinus dan angulus sama-sama tumpul disebut berombak (repandus). Tepi daun dengan toreh-toreh yang mempengaruhi bentuknya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu jika dalamnya toreh kurang daripada setengah panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan kiri disebut berlekuk (lobatus), jika dalamny toreh kurang lebih sampai tengah-tengah panjang tulang daun di kanan kirinya disebut bercangap (fissus), dan jikan dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya tulang daun kanan kirinya disebut berbagi (partitus). (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Letak toreh-toreh yang bergantung pada susunan tulang daun dibedakan menjadi enam yaitu jika ika tepi berlekuk mengikuti susunan tulang daun yang menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi bercangap dan tulang daunnya menyirip disebut bercangap menyirip (pinnatifidus), teoi berbagi dengan susunan tulang ynag menirip disebut berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi berlekuk dan susunan tulang daun menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), jika tepinya bercangap dan susunan tulangnya menjari disebut bercangap menjari (palmatifidus), dan jika tebi berbagi dan tulang daun menjari disebut berbagi menjari (palmatipartitus). Daging daun (intervenium) berpengaruh pada tebal atau tipisnya helaian daun dibagi menjadi enam yaitu. Tipis seperti selaput (membranaceus), seperti kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis lunak (herbaceus), seperti perkamen (perkamenteus), seperti kulit/belulang (coriaceus), dan berdaging (carnosus). Sifat-sifat lain pada daun adalah warna dan keadaan permukaannya. Permukaan daun dibagi menjadi sembilan yaitu, licin (laevis) dapat terlihat mengkilat, suram, dan berselaput lilin, gundul (glaber), kasap (scaber), berkerut (rugosus), berbingkul-bingkul (bullatus), berbulu (pilosus), berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu kasar (hispidus), dan bersisik (lepidus). (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja maka disebut daun tunggal (folium simplex) sedangkan jika tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai terdapat helaian daun sehingga terdapat lebih dari satu helaian daun, daun dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk (folium compositum) (Tjitrosoepomo, 2009:49).
Daun majemuk menyirip (pinnatus) adalah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun yang tersusun seperti sirip pada ikan seperti pada daun mawar (Rosa sp.). Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus) yaitu daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan misalnya pada daun randu (Ceiba pentandra). Daun majemuk campuran (digitatopinnatus) adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip jadi daun majemuk campuran adalah campuran susunan daun yang menjari dan menyirip seperti pada daun sikejut (Mimosa pudica). Daun majemuk bangun kaki (pedatus) mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai melainkan pada tangkai anak daun yang disampingnya seperti pada Araceae. (Tjitrosoepomo, 2009:55-56).
Tata letak daun pada batang (phyllotaxis atau dispositio foliorum) adalah aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batangnya dapat dikelompokkan menjadi pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun maka disebut tersebar (folia sparsa), pada berbagai jenis tumbuhan yang letak daunnya tersebar kadang ada daun yang letaknya rapat dan berjejal-jejal yaitu jika ruas sangat pendek sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sukar untuk menentukan urutan tua dan mudanya yang disebut dengan roset (Tjitrosoepomo, 2009:70)
Roset dibagi menjadi dua yaitu roset akar jika batang sangat pendek sehingga semua daunnya berjejal-jejal di atas tanah, roset batang yaitu jika daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Selanjutnya yaitu pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang letaknya berhadapan dan terpisah oleh jarak sebesar 180o dan pada buku-buku batang berikutnya biasanya keduanya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tata letak daun ini disebut berhadapan bersilang. Selanjutnya yaitu pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun, tata letak daun yang demikian disebut tata letak daun berkarang (Rosanti, 2013:51).

IV.        METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1    Alat dan Bahan
4.1.1    Bahan
4.1.1.1  Kegiatan 1
a.    Bambu (Bambusa sp.)
b.    Akasia (Acacia auriculiformis)
c.    Kemondelan (Emilia sonchifolia)
d.   Gewor/Brambangan (Cammelina nudifloa)
e.    Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
f.     Mawar (Rosa sp.)
g.    Mengkudu (Morinda citrifolia)
h.    Karetan (Ficus elastika)
4.1.1.2  Kegiatan 2
a.    Kamboja (Plumeria acuminata)
b.    Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa)
c.    Waru (Hibiscuc tiliaceus)
d.   Pegagan (Centela asiatica)
e.    Wewehan (Monochoria hastata)
f.     Tapak liman (Elepanthopus scaber)
g.    Ketela pohon (Manihot utilissima)
h.    Waluh (Cucurbita moschata)
i.      Pinus (Pinus mercusi)
j.      Beluntas (Plucea indica)
k.    Lidah buaya (Aloe sp.)
l.      Jambu biji (Psidium guajava)
m.  Jati (Tectona grandis)
n.    Sidaguri (Sida acuta)
4.1.1.3  Kegiatan 3
a.    Kapuk randu (Ceiba petandra)
b.    Putri malu (Mimosa pudica)
c.    Mawar (Rosa sp.)
d.   Kelor (Moringa oleifera)
e.    Lamtoro (Leucaena glauca)
f.     Jeruk (Citrus sp.)
g.    Belimbing (Averhoa carambola)
4.1.1.4  Kegiatan 4
a.    Soka (Ixora paludas)
b.    Srikaya (Annona squamosa)
c.    Tapak liman (Elepanthopus scaber)
d.   Begonia (Begonia sp.)
e.    Bunga mentega (Nerium oleander)
4.1.1.5  Kegiatan 5
a.    Sebuah ranting tanaman yang ada meristem dan daun pucuknya
4.1.2   Alat
Alat tulis menulis.
V.           HASIL PENGAMATAN
(Bisa dilihat dalam Lembar Kerja Mahasiswa halaman 25-57)
VI.        PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami membahas mengenai struktur morfologi daun. Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Daun berfungsi sebagai alat untuk pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi), dan pernafasan (respirasi).
Daun memiliki beberapa bagian yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap berupa daun penumpu (stipulae), selaput bumbung (ocrea atau ochrea) dan lidah-lidah (ligula).
Daun penumpu atau stipula pada tumbuhan ada bermacam-macam yaitu stipula bebas (liberae) yaitu daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun, stipula adnatae yaitu daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai daun, stipula axillaris atau stipula intrapetiolaris yaitu daun penumpu yang berlekatan menjadi satu dan mengambil tempat di dalam ketiak daun, stipula petiole opposite atau stipula antidroma yaitu daun penumpu yang berlekatan menjadi satu yang mengambil tempat berhadapan dengan tangkai daun dan biasanya agak lebar hingga melingkari batang, stipula interpetiolaris yaitu daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara dua tangkai daun, seringkali terjadi pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk berhadapan misalnya pada mengkudu.
Selaput bumbung (ocrea atau ochrea) alat ini berupa selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang dan terdapat di atas suatu tangkai daun selaput bumbung dianggap sebagai daun penumpu yang kedua sisinya saling berlekatab dan melingkari batang. Selanjutnya yaitu lidah-lidah (ligula) yaitu suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas antara upih dan helaian daun pada rumput, alat ini berfungsi untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat dihindari.
Berdasarkan susunan daunnya daun dibedakan menjadi daun lengkap dan daun tidak lengkap. Daun lengkap yaitu apabila suatu daun memiliki tiga bagian yang ada pada daun yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina) sedangkan daun yang tidak memiliki salah satu dari bagian tersebut disebut daun yang tidak lengkap. Berdasarkan ada tidaknya suatu bagian pada daun dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja maka disebut daun bertangkai, daun yang terdiri atas upih dan helaian daun disebut daun berupih atau daun berpelepah, daun yang hanya terdiri atas helaian saja tanpa upih dan tangkai sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang disebut daun duduk (sessilis), jika daun yang terdiri atas helaian saja dapat mempunyai pangkal yang lebar hingga pangkal daun seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang sehingga disebut daun emmeluk batang, jika daun hanya terdiri atas tangkai saja, dalam hal ini tangkai biasanya menjadi pipih sehingga meyerupai helaian daun yang semu atau palsu disebut filodia.
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu melakukan pengamatan pada daun bambu (Bambusa sp.), akasia (Acacia auriculiformis), kemondelan (Emilia sonchifolia), Gewor atau brambangan (Commelina nudiflora), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), mawar (Rosa sp.), mengkudu (Morinda citrifolia), Karetan (Ficus elastika), alang-alang (Imperataa cilyndrica), dan kacang tanah (Arachis hypogea). Pertama yaitu melakuakn pengamatan pada daun bambu (Bambusa sp.) dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa daun bambu termasuk daun yang lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), upih daun (vagina), dan helai daun (lamina). Bambu memiliki alat tambahan berupa lidah-lidah atau ligula pada bagian ketiak yang berfungsi untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat dihindari.
Selanjutnya yaitu pada daun gewor/brambangan (Commelina nudiflora) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdapat upih daun (vagina) dan helai daun (lamina) daun gewor/brambangan termasuk tipe daun berupih atau daun berpelepah. Daun gewor memiliki alat tambahan berupa ligula yang berfungsi untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat terhindarkan. Pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helai daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus) sehingga termasuk daun bertangkai, kembang sepatu memiliki alat tambahan berupa stipula axillaris karena daun penumpu terdapat pada ketiak daun. Pada mawar (Rosa sp.) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helai daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus) sehingga termasuk daun bertangkai, daun mawar memiliki alat tambahan berupa stipula adnatae karena daun penumpu melekat pada kanan-kiri pangkal tangkai daun.
Pada daun mengkudu (Morinda citrifolia) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina) sehingga termasuk daun bertangkai, mengkudu memiliki alat tambahan berupa stipula interpetiolaris karena daun penumpu terletak antar tangkai. Pada daun alang-alang (Imperataa cilyndrica) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari upih daun (vagina) dan helai daun (lamina) sehingga termasuk daun berupih atau berpelepah, daun alang-alang mempunyai alat tambahan berupa lidah-lidah atau ligula yang berfungsi untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat terhindarkan. Pada daun kacang tanah (Arachis hypogea) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina) sehingga termasuk daun bertangkai, daun kacang tanah memiliki alat tambahan berupa stipula liberae (bebas) yang terdapat di kanan dan kiri pangkal tagkai daun.
Pada daun karetan (Ficus elastika) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina) sehingga termasuk daun bertangkai, daun karetan mempunyai alat tambahan berupa selaput bumbung (ocrea atau ochrea) yang berupa selaput tipis yang menyelugungi pangkal suatu ruas batang, dan terdapa di atas suatu tangkai daun. Pada daun akasia (Acacia auriculiformis) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun (petiolus) yang melebar menyerupai helaian daun yang merupakan helaian daun semu atau palsu yang disebut filodia. Pada daun kemondelan (Emilia sonchifolia) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helai daun (lamima) saja sehingga helai daun langsung melingkari batang atau memeluk batang dan disebut dengan daun duduk (sessilis).
Berdasarkan letak bagian daun yang terlebar dapat dibedakan menjadi empat yaitu  bagian yang terlebar terdapat kira-kira di tengah helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helai daun, dan tidak ada bagian yang telebar artinya helaian daun dari pangkal ke ujung dapat dikatakan lebarnya sama. Bagian yang terlebar berada di tengah–tengah helaian daun dibagi menjadi lima yaitu. Jika panjang:lebar = 1:1 maka disebut bulat atau bundar (orbicularis), daun yang biasanya bangun bulat mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun melainkan pada bagian tengah helaian daun disebut bangun perisai (peltatus), jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½-2 : 1 disebut jorong (ovalis atau ellipticus), jika panjang : lebar = 2 ½ -3 : 1 disebut memanjang (oblongus), dan jika panjang : lebar = 3-5 : 1 disebut bangun lanset (lanceolatus). Bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah helaian daun dibedakan dalam dua golongan. Pangkal daunnya tidak bertoreh dan pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Pangkal daunnya tidak bertoreh dapat dibedakan menjadi empat bentuk yaitu. Bangun bulat telur (ovatus), bangun segitiga (triangularis), bangun delta (deltoideus), dan bangun belah ketupat (rhomboideus).
Pangkal daun bertoreh atau berlekuk dapat dibedakan menjadi lima bentuk yaitu bangun seperti bulat telur tetapi pangkal daun memperlihatkan sebuah lekukan disebut bangun jantung (cordatus), daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal yang berlekuk dangkal disebut bangun ginjal atau kerinjal (reniformis), daun tak seberapa lebar, ujung tajam, dan pangkal dengan lekukan yang lancip disebut bangun anak panah (sagittatus),  bangun  anak panah tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar disebut bangun tombak (hastatus), dan bangun tombak tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat disebut bertelinga (auriculatus). Bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun dibagi menjadi empat bangun yaitu seperti bulat telur tetapi bagian yang lebar terdapat dekat ujung daun disebut bangun bulat telur sungsang (obovatus), bangun jantung sungsang (obcoratus), bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus), dan bangun bulat telur terbalik yang disebut bangun sudip atau bangun spatel  atau solet (spathulatus). Jika tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama lebarnya dibagi menjadi lima bangun yaitu pada penampang melintangnya pipih dan daun amat panjang disebut bangun garis (linearis), serupa dengan daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi disebut bangun pita (ligulatus), daun tebal di bagian tengah dan tipis kedua tepinya disebut bangun pedang (ensiformis), bentuk daun hampir seperti silinder, ujung runcing, dan seluruh bagian kaku disebut bangun paku atau dabus (subulatus), dan serupa dengan bangun paku , lebih kecil dan meruncing panjang disebut bangun jarum (acerosus).
            Ujung daun (apex folii) dibagi menjadi tujuh bentuk yaitu jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut lancip (lebih kecil dari 90o) disebut runcing (acutus), pada ujung yang runcing tetapi pada titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi daridugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing disebut meruncing (acuminatus), tepi daun yang semula agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih dari 90o) disebut tumpul (obtusus), pada ujung yang tumpul tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur disebut membulat (rotundatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata disebut rompang (truncatus), ujung daun memperlihatkan suatu lekukan, terkadang amat jelas disebut terbelah (retusus), dan jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing keras disebut berduri (mucronatus). Pangkal daun (basis folii) dibagi menjadi dua yaitu, yang tepi daunnya dibagian itu tidak pernah bertemu dan yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain. Yang tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung pangkal daun dapat, runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundatus), rompang atau rata (truncatus), dan berlekuk (emarginatus).
Jika tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai dengan letak daun pada batang dan pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau berhadapat dengan letak daunnya. Susunan tulang-tulang daun (nervatio atau venatio) berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan sebagai berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah dan pengangkutan hasil asimilasi. Tulang daun menurut besar kecil dibedakan dalam tiga macam yaitu. Ibu tulang (costa) adalah tulang yang biasanya terbesar yang merupakan terusan tangkai daun dan terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah daun, tulang-tulang yang lebih kecil dari ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang disebut tulang tulang cabang (nervus lateralis), dan tulang-tulang cabang yang kecil atau lembut dan membentuk susunan seperti jala disebut urat-urat daun (vena). Tepi daun (margo folii) dibedakan menjadi dua macam yaitu rata (integer) dan bertoreh (divisus). Tepi daun dengan toreh yang merdeka dibagi menjadi  lima macam yaitu, jika sinus dan angulus sama lancipnya disebut bergerigi (serratus), bergerigi ganda atau rangkap (biserratus) , jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip disebut bergigi (dentatus), jika sinusnya tajam dan angulusnya tumpul maka disebut beringgit (crenatus), dan jika sinus dan angulus sama-sama tumpul disebut berombak (repandus). Tepi daun dengan toreh-toreh yang mempengaruhi bentuknya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu jika dalamnya toreh kurang daripada setengah panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan kiri disebut berlekuk (lobatus), jika dalamny toreh kurang lebih sampai tengah-tengah panjang tulang daun di kanan kirinya disebut bercangap (fissus), dan jikan dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya tulang daun kanan kirinya disebut berbagi (partitus).
Letak toreh-toreh yang bergantung pada susunan tulang daun dibedakan menjadi enam yaitu jika ika tepi berlekuk mengikuti susunan tulang daun yang menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi bercangap dan tulang daunnya menyirip disebut bercangap menyirip (pinnatifidus), teoi berbagi dengan susunan tulang ynag menirip disebut berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi berlekuk dan susunan tulang daun menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), jika tepinya bercangap dan susunan tulangnya menjari disebut bercangap menjari (palmatifidus), dan jika tebi berbagi dan tulang daun menjari disebut berbagi menjari (palmatipartitus). Daging daun (intervenium) berpengaruh pada tebal atau tipisnya helaian daun dibagi menjadi enam yaitu. Tipis seperti selaput (membranaceus), seperti kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis lunak (herbaceus), seperti perkamen (perkamenteus), seperti kulit/belulang (coriaceus), dan berdaging (carnosus). Sifat-sifat lain pada daun adalah warna dan keadaan permukaannya. Permukaan daun dibagi menjadi sembilan yaitu, licin (laevis) dapat terlihat mengkilat, suram, dan berselaput lilin, gundul (glaber), kasap (scaber), berkerut (rugosus), berbingkul-bingkul (bullatus), berbulu (pilosus), berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu kasar (hispidus), dan bersisik (lepidus).
Pada pengamatan yang dilakukan saat praktikum helaian daun dilakukan pada daun dari tumbuhan kamboja (Plumeria acuminata), bunga pukul empat (Mirabilis jalapa), waru (Hibiscus tiliaceus), pegagan (Centela asiatica), wewehan (Monochoria hastata), tapak liman (Elepanthopus scaber), ketela pohon (Manihot utilissima), waluh (Cucurbita moschata), pinus (Pinus merkusii), beluntas (Plucea indica), lidah buaya (Aloe sp.), jambu biji (Psidium guajava), jati (Tectona grandis), sidaguri (Sida acuta). Pengamatan pertama dilakukan pada daun kamboja (Plumeria acuminata) dapat diketahui pada daun kamboja memiliki bentuk bangun lanset (lanceolatus) pada ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya runcing (acutus) tepi daunnya rata (integer), permukaan daunnya licin mengkilat (laevis), berwarna hijau tua pertulangan daunnya menyirip (penninervis) dan daging daunnya bertipe tipis lunak (herbaceus) daun kamboja juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) dapat diketahui pada daun bunga pukul empat memiliki bentuk delta (deltoideus), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya rompang (truncatus), tepi daunnya rata (integer), permukaan daunnya licin (laevis), warna daunya hijau tua, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya tipe tipis lunak (herbaceus) daun bunga pukul empat juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada daun waru (Hibiscus tiliaceus) memiliki bentuk bangun jantung (cordatus), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya berlekuk (emorginatus), tepi daunnya beringgit (crenatus), permukaan daunnya terdapat bulu halus (villosus), warna daunnya hijau tua pertulangan daunnya menjari (palminervis), daging daunnya seperti kertas (papyraceus) daun waru juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun pegagan (Centela asiatica) memiliki bentuk bangun ginjal (reniformis), ujung daunnya membulat (rotundatus), pangkal daunnya berlekuk (emarginatus), tepi daunnya beringgit (crenatus), permukaan daunnya licin (laevis), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menjari (palminervis), dahing daunnya tipis lunak (herbaceus) daun pegagan juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada daun wewehan (Monochoria hastata) memiliki bentuk bangun jantung (cordatus), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya berlekuk (emarginatus), tepi daunnya rata (integer), permukaan daunnya licin (laevis), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya melengkung (cervinervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus).
Pada daun tapak liman (Elepanthopus scaber) memiliki bentuk bangun sudip (spathulatus), ujung daunnya runcing (acutus), pangkal daunnya runcing (acutus), tepi daunnya berombak (repandus), permukaan daunnya berbulu (pilosus), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun tapak liman juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada daun ketela pohon (Manihot utilissima) memiliki bentuk bulat (orbicularis), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya bertemu, tepi daunnya berbagi menjari (palmatipartitus), permukaan daunnya licin (laevis), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menjari (palminervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun ketela pohon juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun waluh (Cucurbita moschata) memiliki bentuk daunnya membulat (orbicularis), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya berlekuk (emarginatus), tepi daunnya bergigi (dentatus), permukaan daunnya berbulu kasar (hispidus), daunnya berwarna hijau tua, pertulangan daunnya menjari (palminervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun waluh juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada daun pinus (Pinus merkusii) memiliki bentuk bangun jarum (acerosus), ujung daunnya runcing (acutus), pangkal daunnya rata (truncatus), tepi daunnya rata (integer), permukaan daunnya licin (laevis) daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya sejajar (rectinervis), daging daunnya seperti perkamen (perkamentus) daun pinus juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun beluntas (Plucea indica) memiliki bentuk bangun telur sungsang (obovatus), ujung daunnya runcing (acutus), pangkal daunnya runcing (acutus), tepi daunnya bergigi (dentatus), permukaan daunnya berbulu halus (villosus), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun beluntas juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada lidah buaya (Aloe sp.) memiliki bentuk bangun pedang (ensiformis), ujungnya runcing (acutus), pangkalnya rata (truncatus), tepi daunnya bergigi (dentatus), permukaan daunnya licin (laevis), daunnya berwarna hijau muda, pertulangan daunnya sejajar (rectinervis), daging daunnya tipe berdaging (carnosus). Pada daun jambu biji (Psidium guajava) memiliki bentuk jorong (ovalis), ujung daunnya tumpul (obtusus), pangkal daunnya membulat (rotundatus), tepi daunnya rata (integer), permukaan daunnya berkerut (rugasus), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya seperti kertas (papyraceus) daun jambu biji juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Daun jati (Tectona grandis) memiliki bentuk jorong (ovalis), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya runcing (acutus), tepi daunnya beringgit (crenatus), permukaan daunnya kasap (scaber), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya seperti kertas (papyraceus) daun jati juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada daun sidaguri (Sida acuta) memiliki bentuk bangun jantung sungsang (obcordatus), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya tumpul (obtusus), tepi daunnya bergerigi (dentatus), permukaan daunnya berbulu halus (villosus), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun sidaguri juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja maka disebut daun tunggal (folium simplex) sedangkan jika tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai terdapat helaian daun sehingga terdapat lebih dari satu helaian daun, daun dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk (folium compositum).
Bagian-bagian pada daun majemuk dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu ibu tangkai daun (potiolus communis) yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya yang disebut anak daun. Tangkai anak daun (petiololus) yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian ini dianggap sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh karena itu di dalam ketiaknya tidak pernah terdapat suatu kuncup. Anak daun (foliolum) bagian ini adalah bagian helaian daun yang terpisah-pisah karena besarnya toreh, anak daun pada suatu daun majemuk biasanya mempunyai tangkai yang pendek atau hampir duduk pada ibu tangkai. Upih daun (vagina) yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang.
Daun majemuk menyirip (pinnatus) adalah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun yang tersusun seperti sirip pada ikan seperti pada daun mawar (Rosa sp.). Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus) yaitu daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan misalnya pada daun randu (Ceiba pentandra). Daun majemuk campuran (digitatopinnatus) adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip jadi daun majemuk campuran adalah campuran susunan daun yang menjari dan menyirip seperti pada daun sikejut (Mimosa pudica). Daun majemuk bangun kaki (pedatus) mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai melainkan pada tangkai anak daun yang disampingnya seperti pada Araceae.
Daun majemuk menyirip dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu, daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus) yang disebut sebagai daun tunggal, tetapi di tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio), jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Pada daun ini terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang lainnya tereduksi sehingga tersisa satu anak daun saja. Selanjutnya yaitu daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus) terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu biasanya jumlah anak daunnya genap. Akan tetapi pada suatu daun majemuk menyirip anak-anak daun tidak selalu berpasang-pasangan, maka untuk menentukan daun majemuk menyirip genap atau tidak adalah dengan cara melihat ujung tangkainya. Jika ujung tangkainya terputus artinya pada ujung ibu tangkai tidak terdapat suatu anak daun sehingga ujung tangkai bebas maka daun majemuk menyirip genap atau mempunyai anak daun yang gasal. Selanjutnya yaitu daun majemuk menyirip gasal (imparpinnatus) dilihat dari jumlah anak daunnya yang gasal atau berpasang-pasangan sedangkan di ujung ibu tangkai terdapat anak daun yang tersendiri.
Daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut duduknya anak-anak daun pada tangkai, dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun pada tangkai yaitu, daun majemuk menyirip dengan anak daunnya yang berpasang-pasangan yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-hadapan. Menyirip berseling, jika anak daun pada ibu tangkai dudukya berseling. Menyirip berselang-seling (interrupte pinnatus) yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berselang-seling pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan anak daun yang sempit. Pada suatu daun majemuk dapat terlihat bahwa anak daun tidak langsung duduk pada ibu tangkainya, melainkan pada cabang ibu tangkai oleh karena itu dinamakan daun majemuk rangkap atau daun majemuk ganda.
Daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat berapa dari ibu tangkainya yaitu, majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus) jika anak daun duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai, majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus) jika anak-anak daun duduk pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai, dan majemuk menyirip ganda empat, begitupun seterusnya. Daun menyirip ganda dibedakan lagi menjadi dua yaitu, menyirip ganda dengan sempurna jika tidak ada satu anak daun pun yang duduk pada ibu tangkai dan menyirip ganda tidak sempurna jika masih ada anak daun yang duduk langsung pada ibu tangkainya.
Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus) ialah daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan. Daun majemuk menjari dapat dibedakan berdasarkan jumlah anak daunnya yaitu beranak daun dua (bifoliolatus) jika pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun, beranak daun tiga (trifoliolatus) jika pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun yang dapat dijumpai pula pada daun majemuk yang menyirip. Untuk membedakan dapat dilihat dari pertemuan ketiga tangkai anak daunnya, jika semua bertemu pada satu titik (ujung ibu tangkai), berarti menjari jika tidak maka menyirip. Beranak daun lima (quinquefoliolatus) jika pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun, dan beranak daun tujuh (septemfoliolatus) jika ada tujuh anak daun pada ujung ibu tangkai. Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih maka dapat dikatakan beranak daun banyak (polyfoliolatus).
Pada praktikum yang telah dilakukan tentang daun majemuk (Folium Compositum) melakukan pengamatan pada daun kapuk randu (Ceiba pentandra), putri malu (Mimosa pudica), mawar (Rosa sp.), kelor (Moringa oleifera), lamtoro (Leucana glauca), jeruk (Citrus sp.), dan belimbing (Averhoa carambola). Pengamatan pertama dilakukan pada daun kapuk randu (Ceiba pentandra), daun kapuk randu termasuk daun majemuk mejari beranak daun tujuh (septemfoliolatus) karena anak daunnya berjumlah tujuh dan masing-masing anak daunnya berpisah. Daun kapuk randu terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum). Pada daun putri malu (Mimosa pudica), daun putri malu termasuk daun majemuk campuran karena pada susunan daunnya tersusun secara menjari dan menyirip, anak daunnya tersusun menyirip. Daun putri malu terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum).
Pada daun mawar (Rosa sp.), daun mawar termasuk daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus) karena hanya ada satu anak daun yang menutupi ibu tangkai, daun mawar juga mempunyai alat tamabahan berupa stipulae adnatae. Daun mawar terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum). Pada daun kelor (Moringa oleifera), daun kelor termasuk daun majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus) karena anak-anak daun duduk pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai, dan termasuk daun majemuk menyirip ganda tidak sempurna karena masih ada anak daun yang langsung duduk pada ibu tangkainya. Daun kelor terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum).
Pada daun lamtoro (Leucaena glauca), daun lamtoro termasuk daun majemuk menyirip ganda rangkap dua sempurna karena anak daun duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai (bipinnatus) dan termasuk daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus) karena anak daunnya berpasang-pasangan di kanan dan kiri ibu tulang dan berjumlah genap. Daun lamtoro terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum) dan cabang tingkat satu. Pada daun jeruk (Citrus sp.), daun jeruk termasuk daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus) karena sesungguhnya terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja daun yang lainnya sudah tereduksi sehingga hanya tinggal satu anak daun saja. Daun jeruk terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum), dan persendian. Pada daun belimbing (Averhoa carambola), daun belimbing termasuk daun majemuk menyirip gasal tidak sempurna (imparipinnatus) karena hanya ada satu anak daun yang menutupi ujung ibu tangkainya. Daun belimbing terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum).
Tata letak daun pada batang (phyllotaxis atau dispositio foliorum) adalah aturan mengenai letak daun pada batang, tata letak daun dapat juga digunakan sebagai pengenal pada tumbuhan. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batangnya dapat dikelompokkan menjadi pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun maka disebut tersebar (folia sparsa), pada berbagai jenis tumbuhan yang letak daunnya tersebar kadang ada daun yang letaknya rapat dan berjejal-jejal yaitu jika ruas sangat pendek sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sukar untuk menentukan urutan tua dan mudanya yang disebut dengan roset. Roset dibagi menjadi dua yaitu roset akar jika batang sangat pendek sehingga semua daunnya berjejal-jejal di atas tanah, roset batang yaitu jika daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Selanjutnya yaitu pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang letaknya berhadapan dan terpisah oleh jarak sebesar 180o dan pada buku-buku batang berikutnya biasanya keduanya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tata letak daun ini disebut berhadapan bersilang. Selanjutnya yaitu pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun, tata letak daun yang demikian disebut tata letak daun berkarang.
Pada praktikum yang sudah dilakukan tentang phyllotaxis melakukan pengamatan pada daun soka (Ixora paludas), srikaya (Annona squamosa), tapak liman (Elepanthopus scaber), begonia (Begonia sp.), bunga mentega (Nerium oleander). Pengamatan pertama dilakukan pada daun soka (Ixora paludas), daun soka tata letak daunnya ayitu berhadapan bersilang karena dua daun pada setiap buku-buku itu letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180o), pada buku-buku batang berikutnya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya. Pada daun srikaya (Annona squamosa), daun srikaya dapat diketahui letak daunnya berseling karena pada satu buku hanya terdapat satu helai daun. Pada daun tapak liman (Elepanthopus scaber), daun tapak liman termasuk ke dalam roset akar karena batangnya sangat pendek sehingga semua daunnya berjejal-jejal di atas tanah dan sangat dekat dengan akar. Pada daun begonia (Begonia sp.), daun begonia termasuk ke dalam mosaik daun karena pada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sehingga helaian-helaian daun pada cabang teratur pada suatu bidang datar dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet). Pada daun mentega (Nerium oleander), tata letak daun mentega termasuk berkarang karena pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.

VII.     PENUTUP
7.1         Kesimpulan
Daun berfungsi sebagai alat untuk resorbsi, asimilasi, transpirasi, dan respirasi. Daun dapat dikatakan daun lengkap apabila memiliki tangkai daun, upih daun, dan helai daun. Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk yaitu pada daun tunggal, pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja jika tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai terdapat helaian daun sehingga terdapat lebih dari satu helaian daun disebut daun majemuk.         Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batangnya dapat dikelompokkan menjadi pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun maka disebut tersebar, jenis tumbuhan yang letak daunnya tersebar kadang ada daun yang letaknya rapat dan berjejal-jejal yaitu jika ruas sangat pendek sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi disebut dengan roset, pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang letaknya berhadapan dan terpisah oleh jarak sebesar 180o dan pada buku-buku batang berikutnya biasanya keduanya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tata letak daun ini disebut berhadapan bersilang, pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun, tata letak daun yang demikian disebut tata letak daun berkarang.

7.2          Saran
-       Diharapkan sebelum praktikum dilakukan, praktikan harus sudah mempelajari apa yang akan dipraktikumkan agar memperlancar jalannya praktikum.


1 komentar: