I.
JUDUL
Struktur
Morfologi Daun.
II.
TUJUAN
2.1
Kegiatan 1
Mempelajari bagian-bagian utama daun dan alat
pelengkapnya.
2.2
Kegiatan 2
Mempelajari
bangun helaian daun (circumscription), ujung daun (apeks), pangkal daun
(basis), susunan tulang-tulang daun (nervatio atau venation), tepi daun
(margo), daging daun (intervenium), permukaan daun dan sifat-sifat lainnya.
2.3
Kegiatan 3
Mempelajari macam-macam susunan daun majemuk
2.4 Kegiatan 4
Mempelajari tata letak daun pada batang daun
(phylotaxis).
2.5 Kegiatan 5
Memahami perkembangan daun
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Daun merupakan suatu bagian
tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun,
daun hanya terletak pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang
lainnya pada tumbuhan.bentuk daun yang tipis dan melebar, berwarna hijau, dan
duduknya pada batang menghadap ke atas sudah selaras dengan fungsi daun yaitu
sebagai alat untuk pengambilan zat-zat makanan (reabsorbsi), pengolahan zat-zat
makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi), dan pernafasan (respirasi) (Waluyo,
20010:126).
Daun (leaf) pada kebanyakan
tumbuhan vaskular merupakan organ fotosintetik utama, walaupun batang hijau
juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi namun biasanya
terdiri atas sebuah helaian (blade) pipih dengan satu tangkai daun (petiole),
yang menyambungkan daun ke batang pada nodus. Rumput dan kebanyakan monokotil
yang lain tidak memiliki tangkai daun, sebagai gantinya dasar daun membentuk
seludang yang membungkus batang (Campbell, 2008:318).
Daun memiliki beberapa bagian yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun pada suatu tumbuhan
seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap berupa daun penumpu (stipulae), selaput bumbung (ocrea atau ochrea) dan lidah-lidah (ligula) (Waluyo, 2010:126).
bangun daun yang meliputi helaian daun (lamina), ujung daun dan pangkal
daun, Tepi daun, posisi kelenjar daun, tangkai daun, tipe pertulangan daun dan pengelompokan
pertulangan daun (Rasnovi, 2013:40).
Berdasarkan susunan daunnya daun dibedakan menjadi daun lengkap dan daun
tidak lengkap. Daun lengkap yaitu apabila suatu daun memiliki tiga bagian yang
ada pada daun yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus),
dan helaian daun (lamina) sedangkan
daun yang tidak memiliki salah satu dari bagian tersebut disebut daun yang
tidak lengkap (Tjitrosoepomo, 2009:11).
Berdasarkan ada tidaknya suatu bagian pada daun dapat terjadi beberapa
kemungkinan yaitu daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja maka
disebut daun bertangkai, daun yang terdiri atas upih dan helaian daun disebut
daun berupih atau daun berpelepah, daun yang hanya terdiri atas helaian saja
tanpa upih dan tangkai sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang
disebut daun duduk (sessilis), jika
daun yang terdiri atas helaian saja dapat mempunyai pangkal yang lebar hingga
pangkal daun seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang sehingga disebut
daun memeluk batang, jika daun hanya terdiri atas tangkai saja, dalam hal ini
tangkai biasanya menjadi pipih sehingga meyerupai helaian daun yang semu atau
palsu disebut filodia (Tjitrosoepomo, 2009:11-12).
Berdasarkan
letak bagian daun yang terlebar dapat dibedakan menjadi empat yaitu bagian yang terlebar terdapat kira-kira di
tengah helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah
helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helai daun,
dan tidak ada bagian yang telebar artinya helaian daun dari pangkal ke ujung
dapat dikatakan lebarnya sama. Bagian yang terlebar
berada di tengah–tengah helaian daun dibagi menjadi lima yaitu. Jika panjang:lebar = 1:1 maka disebut bulat
atau bundar (orbicularis), daun yang
biasanya bangun bulat mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal
daun melainkan pada bagian tengah helaian daun disebut bangun perisai (peltatus), jika perbandingan panjang :
lebar = 1 ½-2 : 1 disebut jorong (ovalis
atau ellipticus), jika panjang : lebar =
2 ½ -3 : 1 disebut memanjang (oblongus),
dan jika panjang : lebar = 3-5 : 1 disebut bangun lanset (lanceolatus). Bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah
helaian daun dibedakan dalam dua golongan. Pangkal daunnya tidak bertoreh dan
pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Pangkal daunnya tidak bertoreh dapat
dibedakan menjadi empat bentuk yaitu. Bangun bulat telur (ovatus), bangun segitiga (triangularis),
bangun delta (deltoideus), dan bangun
belah ketupat (rhomboideus) (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Pangkal daun
bertoreh atau berlekuk dapat
dibedakan menjadi lima bentuk yaitu
bangun seperti bulat telur tetapi pangkal daun
memperlihatkan sebuah lekukan disebut bangun jantung (cordatus), daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau
membulat dan pangkal yang berlekuk dangkal disebut bangun ginjal atau kerinjal
(reniformis), daun tak seberapa
lebar, ujung tajam, dan pangkal dengan lekukan yang lancip disebut bangun anak
panah (sagittatus), bangun
anak panah tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar
disebut bangun tombak (hastatus), dan
bangun tombak tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat disebut
bertelinga (auriculatus). Bagian yang
terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun dibagi menjadi empat
bangun yaitu seperti
bulat telur tetapi bagian yang lebar terdapat dekat ujung daun disebut bangun
bulat telur sungsang (obovatus),
bangun jantung sungsang (obcoratus),
bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus),
dan bangun bulat telur terbalik yang disebut bangun sudip atau bangun
spatel atau solet (spathulatus). Jika tidak
ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama lebarnya dibagi menjadi lima
bangun yaitu pada
penampang melintangnya pipih dan daun amat panjang disebut bangun garis (linearis), serupa dengan daun bangun
garis, tetapi lebih panjang lagi disebut bangun pita (ligulatus), daun tebal di bagian tengah dan tipis kedua tepinya
disebut bangun pedang (ensiformis),
bentuk daun hampir seperti silinder, ujung runcing, dan seluruh bagian kaku
disebut bangun paku atau dabus (subulatus),
dan serupa dengan bangun paku , lebih kecil dan meruncing panjang disebut
bangun jarum (acerosus) (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Ujung
daun (apex folii) dibagi menjadi tujuh bentuk
yaitu jika kedua tepi daun di
kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada
puncak daun membentuk sudut lancip (lebih kecil dari 90o)
disebut runcing (acutus), pada ujung
yang runcing tetapi pada titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi
daridugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing disebut
meruncing (acuminatus), tepi daun
yang semula agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan,
hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih dari 90o)
disebut tumpul (obtusus), pada ujung
yang tumpul tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun
merupakan semacam suatu busur disebut membulat (rotundatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata disebut
rompang (truncatus), ujung daun
memperlihatkan suatu lekukan, terkadang amat jelas disebut terbelah (retusus), dan jika ujung daun ditutup
dengan suatu bagian yang runcing keras disebut berduri (mucronatus). Pangkal
daun (basis folii) dibagi menjadi dua yaitu,
yang tepi daunnya dibagian itu tidak pernah bertemu dan yang tepi daunnya dapat
bertemu dan berlekatan satu sama lain. Yang tepi daunnya tidak pernah bertemu,
tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung pangkal daun dapat, runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus),
membulat (rotundatus), rompang atau
rata (truncatus), dan berlekuk (emarginatus). (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Jika
tepi
daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, pertemuan tepi daun pada
pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai dengan letak daun
pada batang dan
pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau
berhadapat dengan letak daunnya. Susunan tulang-tulang daun (nervatio atau venatio) berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan sebagai
berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang diambil
tumbuhan dari tanah dan pengangkutan hasil asimilasi. Tulang daun menurut besar
kecil dibedakan dalam tiga macam yaitu. Ibu tulang (costa) adalah
tulang yang biasanya terbesar yang merupakan terusan tangkai daun dan terdapat
di tengah-tengah membujur dan membelah daun, tulang-tulang yang lebih kecil
dari ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang disebut tulang tulang cabang (nervus lateralis), dan tulang-tulang
cabang yang kecil atau lembut dan membentuk susunan seperti jala disebut
urat-urat daun (vena). Tepi daun (margo folii) dibedakan menjadi dua macam yaitu rata (integer) dan
bertoreh (divisus). Tepi daun dengan toreh yang merdeka dibagi menjadi lima macam yaitu, jika sinus dan angulus sama lancipnya
disebut bergerigi (serratus),
bergerigi ganda atau rangkap (biserratus)
, jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip disebut bergigi (dentatus), jika sinusnya tajam dan
angulusnya tumpul maka disebut beringgit (crenatus),
dan jika sinus dan angulus sama-sama tumpul disebut berombak (repandus). Tepi daun dengan toreh-toreh
yang mempengaruhi bentuknya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu jika dalamnya toreh
kurang daripada setengah panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan kiri
disebut berlekuk (lobatus), jika
dalamny toreh kurang lebih sampai tengah-tengah panjang tulang daun di kanan
kirinya disebut bercangap (fissus),
dan jikan dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya tulang daun kanan kirinya
disebut berbagi (partitus). (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Letak
toreh-toreh yang bergantung pada susunan tulang daun dibedakan menjadi enam yaitu jika ika tepi berlekuk
mengikuti susunan tulang daun yang menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi bercangap dan
tulang daunnya menyirip disebut bercangap menyirip (pinnatifidus), teoi berbagi dengan susunan tulang ynag menirip
disebut berbagi menyirip (pinnatipartitus),
tepi berlekuk dan susunan tulang daun menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), jika tepinya bercangap
dan susunan tulangnya menjari disebut bercangap menjari (palmatifidus), dan jika tebi berbagi dan tulang daun menjari
disebut berbagi menjari (palmatipartitus).
Daging daun (intervenium) berpengaruh
pada tebal atau tipisnya helaian daun dibagi menjadi enam yaitu. Tipis seperti
selaput (membranaceus), seperti
kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis lunak (herbaceus), seperti perkamen (perkamenteus), seperti kulit/belulang (coriaceus), dan berdaging (carnosus). Sifat-sifat lain pada
daun adalah warna dan keadaan permukaannya. Permukaan daun dibagi
menjadi sembilan yaitu, licin (laevis)
dapat terlihat mengkilat, suram, dan berselaput lilin, gundul (glaber), kasap (scaber), berkerut (rugosus),
berbingkul-bingkul (bullatus), berbulu (pilosus), berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu kasar (hispidus),
dan bersisik (lepidus). (Tjitrosoepomo, 2009:25-46).
Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk yaitu pada tangkai daunnya hanya
terdapat satu helaian daun saja maka disebut daun tunggal (folium simplex) sedangkan jika tangkainya bercabang-cabang dan baru
pada cabang tangkai terdapat helaian daun sehingga terdapat lebih dari satu
helaian daun, daun dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk (folium compositum) (Tjitrosoepomo, 2009:49).
Daun majemuk menyirip (pinnatus)
adalah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun
yang tersusun seperti sirip pada ikan seperti pada daun mawar (Rosa sp.). Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus) yaitu daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun
memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan misalnya
pada daun randu (Ceiba pentandra).
Daun majemuk campuran (digitatopinnatus)
adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai
memencar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada
cabang-cabang ibu tangkai terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip jadi
daun majemuk campuran adalah campuran susunan daun yang menjari dan menyirip
seperti pada daun sikejut (Mimosa pudica).
Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang
paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai melainkan pada tangkai anak daun
yang disampingnya seperti pada Araceae. (Tjitrosoepomo, 2009:55-56).
Tata letak daun pada batang (phyllotaxis
atau dispositio foliorum) adalah
aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku
batangnya dapat dikelompokkan menjadi pada tiap buku-buku batang hanya terdapat
satu daun maka disebut tersebar (folia
sparsa), pada berbagai jenis tumbuhan yang letak daunnya tersebar kadang
ada daun yang letaknya rapat dan berjejal-jejal yaitu jika ruas sangat pendek
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sukar untuk
menentukan urutan tua dan mudanya yang disebut dengan roset (Tjitrosoepomo,
2009:70)
Roset dibagi menjadi dua yaitu roset akar jika batang sangat pendek
sehingga semua daunnya berjejal-jejal di atas tanah, roset batang yaitu jika
daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Selanjutnya yaitu
pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang letaknya berhadapan dan terpisah
oleh jarak sebesar 180o dan pada buku-buku batang berikutnya
biasanya keduanya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tata
letak daun ini disebut berhadapan bersilang. Selanjutnya yaitu pada tiap
buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun, tata letak daun yang demikian
disebut tata letak daun berkarang (Rosanti, 2013:51).
IV.
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1
Alat dan Bahan
4.1.1
Bahan
4.1.1.1
Kegiatan 1
a. Bambu (Bambusa
sp.)
b. Akasia (Acacia
auriculiformis)
c. Kemondelan (Emilia
sonchifolia)
d. Gewor/Brambangan (Cammelina
nudifloa)
e. Kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis)
f. Mawar (Rosa
sp.)
g. Mengkudu (Morinda
citrifolia)
h. Karetan (Ficus
elastika)
4.1.1.2
Kegiatan 2
a. Kamboja (Plumeria
acuminata)
b. Bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa)
c. Waru (Hibiscuc
tiliaceus)
d. Pegagan (Centela
asiatica)
e. Wewehan (Monochoria
hastata)
f. Tapak liman (Elepanthopus
scaber)
g. Ketela pohon (Manihot
utilissima)
h. Waluh (Cucurbita
moschata)
i. Pinus (Pinus
mercusi)
j. Beluntas (Plucea
indica)
k. Lidah buaya (Aloe
sp.)
l. Jambu biji (Psidium
guajava)
m. Jati (Tectona
grandis)
n. Sidaguri (Sida
acuta)
4.1.1.3 Kegiatan 3
a. Kapuk randu (Ceiba
petandra)
b. Putri malu (Mimosa
pudica)
c. Mawar (Rosa
sp.)
d. Kelor (Moringa
oleifera)
e. Lamtoro (Leucaena
glauca)
f. Jeruk (Citrus
sp.)
g. Belimbing (Averhoa
carambola)
4.1.1.4 Kegiatan 4
a. Soka (Ixora
paludas)
b. Srikaya (Annona squamosa)
c. Tapak liman (Elepanthopus
scaber)
d. Begonia (Begonia
sp.)
e. Bunga mentega (Nerium
oleander)
4.1.1.5 Kegiatan 5
a. Sebuah ranting tanaman yang ada meristem dan daun
pucuknya
4.1.2
Alat
Alat tulis menulis.
V.
HASIL PENGAMATAN
(Bisa dilihat dalam Lembar Kerja Mahasiswa halaman 25-57)
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami membahas mengenai struktur morfologi daun.
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap
tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang
saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Daun
berfungsi sebagai alat untuk pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi),
dan pernafasan (respirasi).
Daun memiliki beberapa bagian yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun pada suatu tumbuhan
seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap berupa daun penumpu (stipulae), selaput bumbung (ocrea atau ochrea) dan lidah-lidah (ligula).
Daun penumpu atau stipula pada tumbuhan ada bermacam-macam yaitu stipula
bebas (liberae) yaitu daun penumpu
yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun, stipula adnatae yaitu
daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai daun, stipula
axillaris atau stipula intrapetiolaris yaitu daun penumpu yang berlekatan
menjadi satu dan mengambil tempat di dalam ketiak daun, stipula petiole
opposite atau stipula antidroma yaitu daun penumpu yang berlekatan menjadi satu
yang mengambil tempat berhadapan dengan tangkai daun dan biasanya agak lebar
hingga melingkari batang, stipula interpetiolaris yaitu daun penumpu yang
berlekatan dan mengambil tempat di antara dua tangkai daun, seringkali terjadi
pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk
berhadapan misalnya pada mengkudu.
Selaput bumbung (ocrea atau ochrea) alat ini berupa selaput tipis
yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang dan terdapat di atas suatu tangkai
daun selaput bumbung dianggap sebagai daun penumpu yang kedua sisinya saling
berlekatab dan melingkari batang. Selanjutnya yaitu lidah-lidah (ligula) yaitu suatu selaput kecil yang
biasanya terdapat pada batas antara upih dan helaian daun pada rumput, alat ini
berfungsi untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang
dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat dihindari.
Berdasarkan susunan daunnya daun dibedakan menjadi daun lengkap dan daun
tidak lengkap. Daun lengkap yaitu apabila suatu daun memiliki tiga bagian yang
ada pada daun yaitu upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus),
dan helaian daun (lamina) sedangkan
daun yang tidak memiliki salah satu dari bagian tersebut disebut daun yang
tidak lengkap. Berdasarkan ada tidaknya suatu bagian pada daun dapat terjadi
beberapa kemungkinan yaitu daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helaian
saja maka disebut daun bertangkai, daun yang terdiri atas upih dan helaian daun
disebut daun berupih atau daun berpelepah, daun yang hanya terdiri atas helaian
saja tanpa upih dan tangkai sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada
batang disebut daun duduk (sessilis),
jika daun yang terdiri atas helaian saja dapat mempunyai pangkal yang lebar
hingga pangkal daun seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang sehingga
disebut daun emmeluk batang, jika daun hanya terdiri atas tangkai saja, dalam
hal ini tangkai biasanya menjadi pipih sehingga meyerupai helaian daun yang
semu atau palsu disebut filodia.
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu melakukan pengamatan pada daun
bambu (Bambusa sp.), akasia (Acacia auriculiformis), kemondelan (Emilia sonchifolia), Gewor atau
brambangan (Commelina nudiflora), kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis),
mawar (Rosa sp.), mengkudu (Morinda citrifolia), Karetan (Ficus elastika), alang-alang (Imperataa cilyndrica), dan kacang tanah
(Arachis hypogea). Pertama yaitu
melakuakn pengamatan pada daun bambu (Bambusa
sp.) dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa daun bambu
termasuk daun yang lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), upih daun (vagina),
dan helai daun (lamina). Bambu
memiliki alat tambahan berupa lidah-lidah atau ligula pada bagian ketiak yang
berfungsi untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang
dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat dihindari.
Selanjutnya yaitu pada daun gewor/brambangan (Commelina nudiflora) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya
terdapat upih daun (vagina) dan helai
daun (lamina) daun gewor/brambangan
termasuk tipe daun berupih atau daun berpelepah. Daun gewor memiliki alat
tambahan berupa ligula yang berfungsi untuk mencegah mengalirnya air hujan ke
dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat
terhindarkan. Pada kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari
helai daun (lamina) dan tangkai daun
(petiolus) sehingga termasuk daun
bertangkai, kembang sepatu memiliki alat tambahan berupa stipula axillaris
karena daun penumpu terdapat pada ketiak daun. Pada mawar (Rosa sp.) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri
dari helai daun (lamina) dan tangkai
daun (petiolus) sehingga termasuk
daun bertangkai, daun mawar memiliki alat tambahan berupa stipula adnatae
karena daun penumpu melekat pada kanan-kiri pangkal tangkai daun.
Pada daun mengkudu (Morinda
citrifolia) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai daun (petiolus) dan helai
daun (lamina) sehingga termasuk daun
bertangkai, mengkudu memiliki alat tambahan berupa stipula interpetiolaris
karena daun penumpu terletak antar tangkai. Pada daun alang-alang (Imperataa cilyndrica) termasuk daun yang
tidak lengkap karena hanya terdiri dari upih daun (vagina) dan helai daun (lamina)
sehingga termasuk daun berupih atau berpelepah, daun alang-alang mempunyai alat
tambahan berupa lidah-lidah atau ligula yang berfungsi untuk mencegah
mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga
kemungkinan pembusukan dapat terhindarkan. Pada daun kacang tanah (Arachis hypogea) termasuk daun yang
tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina)
sehingga termasuk daun bertangkai, daun kacang tanah memiliki alat tambahan
berupa stipula liberae (bebas) yang terdapat di kanan dan kiri pangkal tagkai
daun.
Pada daun karetan (Ficus elastika)
termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina) sehingga termasuk daun
bertangkai, daun karetan mempunyai alat tambahan berupa selaput bumbung (ocrea atau ochrea) yang berupa selaput tipis yang menyelugungi pangkal suatu
ruas batang, dan terdapa di atas suatu tangkai daun. Pada daun akasia (Acacia auriculiformis) termasuk daun
yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun (petiolus) yang melebar menyerupai helaian daun yang merupakan
helaian daun semu atau palsu yang disebut filodia. Pada daun kemondelan (Emilia sonchifolia) termasuk daun yang
tidak lengkap karena hanya terdiri dari helai daun (lamima) saja sehingga helai daun langsung melingkari batang atau
memeluk batang dan disebut dengan daun duduk (sessilis).
Berdasarkan
letak bagian daun yang terlebar dapat dibedakan menjadi empat yaitu bagian yang terlebar terdapat kira-kira di
tengah helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah
helaian daun, bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helai daun, dan
tidak ada bagian yang telebar artinya helaian daun dari pangkal ke ujung dapat
dikatakan lebarnya sama. Bagian yang terlebar
berada di tengah–tengah helaian daun dibagi menjadi lima yaitu. Jika panjang:lebar = 1:1 maka disebut bulat
atau bundar (orbicularis), daun yang
biasanya bangun bulat mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal
daun melainkan pada bagian tengah helaian daun disebut bangun perisai (peltatus), jika perbandingan panjang :
lebar = 1 ½-2 : 1 disebut jorong (ovalis
atau ellipticus), jika panjang : lebar =
2 ½ -3 : 1 disebut memanjang (oblongus),
dan jika panjang : lebar = 3-5 : 1 disebut bangun lanset (lanceolatus). Bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah
helaian daun dibedakan dalam dua golongan. Pangkal daunnya tidak bertoreh dan
pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Pangkal daunnya tidak bertoreh dapat
dibedakan menjadi empat bentuk yaitu. Bangun bulat telur (ovatus), bangun segitiga (triangularis),
bangun delta (deltoideus), dan bangun
belah ketupat (rhomboideus).
Pangkal daun
bertoreh atau berlekuk dapat
dibedakan menjadi lima bentuk yaitu
bangun seperti bulat telur tetapi pangkal daun
memperlihatkan sebuah lekukan disebut bangun jantung (cordatus), daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau
membulat dan pangkal yang berlekuk dangkal disebut bangun ginjal atau kerinjal
(reniformis), daun tak seberapa
lebar, ujung tajam, dan pangkal dengan lekukan yang lancip disebut bangun anak
panah (sagittatus), bangun
anak panah tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar
disebut bangun tombak (hastatus), dan
bangun tombak tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat disebut
bertelinga (auriculatus). Bagian yang
terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun dibagi menjadi empat
bangun yaitu seperti
bulat telur tetapi bagian yang lebar terdapat dekat ujung daun disebut bangun
bulat telur sungsang (obovatus),
bangun jantung sungsang (obcoratus),
bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus),
dan bangun bulat telur terbalik yang disebut bangun sudip atau bangun
spatel atau solet (spathulatus). Jika tidak
ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir sama lebarnya dibagi menjadi lima
bangun yaitu pada
penampang melintangnya pipih dan daun amat panjang disebut bangun garis (linearis), serupa dengan daun bangun
garis, tetapi lebih panjang lagi disebut bangun pita (ligulatus), daun tebal di bagian tengah dan tipis kedua tepinya
disebut bangun pedang (ensiformis),
bentuk daun hampir seperti silinder, ujung runcing, dan seluruh bagian kaku
disebut bangun paku atau dabus (subulatus),
dan serupa dengan bangun paku , lebih kecil dan meruncing panjang disebut
bangun jarum (acerosus).
Ujung
daun (apex folii) dibagi menjadi tujuh bentuk
yaitu jika kedua tepi daun di
kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada
puncak daun membentuk sudut lancip (lebih kecil dari 90o)
disebut runcing (acutus), pada ujung
yang runcing tetapi pada titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi
daridugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing disebut
meruncing (acuminatus), tepi daun
yang semula agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan,
hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih dari 90o)
disebut tumpul (obtusus), pada ujung
yang tumpul tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun
merupakan semacam suatu busur disebut membulat (rotundatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata disebut
rompang (truncatus), ujung daun
memperlihatkan suatu lekukan, terkadang amat jelas disebut terbelah (retusus), dan jika ujung daun ditutup
dengan suatu bagian yang runcing keras disebut berduri (mucronatus). Pangkal
daun (basis folii) dibagi menjadi dua yaitu,
yang tepi daunnya dibagian itu tidak pernah bertemu dan yang tepi daunnya dapat
bertemu dan berlekatan satu sama lain. Yang tepi daunnya tidak pernah bertemu,
tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung pangkal daun dapat, runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus),
membulat (rotundatus), rompang atau
rata (truncatus), dan berlekuk (emarginatus).
Jika
tepi
daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, pertemuan tepi daun pada
pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai dengan letak daun
pada batang dan
pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau
berhadapat dengan letak daunnya. Susunan tulang-tulang daun (nervatio atau venatio) berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan sebagai
berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang diambil
tumbuhan dari tanah dan pengangkutan hasil asimilasi. Tulang daun menurut besar
kecil dibedakan dalam tiga macam yaitu. Ibu tulang (costa) adalah
tulang yang biasanya terbesar yang merupakan terusan tangkai daun dan terdapat
di tengah-tengah membujur dan membelah daun, tulang-tulang yang lebih kecil
dari ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang disebut tulang tulang cabang (nervus lateralis), dan tulang-tulang
cabang yang kecil atau lembut dan membentuk susunan seperti jala disebut
urat-urat daun (vena). Tepi daun (margo folii) dibedakan menjadi dua macam yaitu rata (integer) dan
bertoreh (divisus). Tepi daun dengan toreh yang merdeka dibagi menjadi lima macam yaitu, jika sinus dan angulus sama lancipnya
disebut bergerigi (serratus),
bergerigi ganda atau rangkap (biserratus)
, jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip disebut bergigi (dentatus), jika sinusnya tajam dan
angulusnya tumpul maka disebut beringgit (crenatus),
dan jika sinus dan angulus sama-sama tumpul disebut berombak (repandus). Tepi daun dengan toreh-toreh
yang mempengaruhi bentuknya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu jika dalamnya toreh
kurang daripada setengah panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan kiri
disebut berlekuk (lobatus), jika
dalamny toreh kurang lebih sampai tengah-tengah panjang tulang daun di kanan
kirinya disebut bercangap (fissus),
dan jikan dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya tulang daun kanan kirinya
disebut berbagi (partitus).
Letak
toreh-toreh yang bergantung pada susunan tulang daun dibedakan menjadi enam yaitu jika ika tepi berlekuk
mengikuti susunan tulang daun yang menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi bercangap dan
tulang daunnya menyirip disebut bercangap menyirip (pinnatifidus), teoi berbagi dengan susunan tulang ynag menirip
disebut berbagi menyirip (pinnatipartitus),
tepi berlekuk dan susunan tulang daun menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), jika tepinya bercangap dan
susunan tulangnya menjari disebut bercangap menjari (palmatifidus), dan jika tebi berbagi dan tulang daun menjari
disebut berbagi menjari (palmatipartitus).
Daging daun (intervenium) berpengaruh
pada tebal atau tipisnya helaian daun dibagi menjadi enam yaitu. Tipis seperti
selaput (membranaceus), seperti
kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis lunak (herbaceus), seperti perkamen (perkamenteus), seperti kulit/belulang (coriaceus), dan berdaging (carnosus). Sifat-sifat lain pada
daun adalah warna dan keadaan permukaannya. Permukaan daun dibagi
menjadi sembilan yaitu, licin (laevis)
dapat terlihat mengkilat, suram, dan berselaput lilin, gundul (glaber), kasap (scaber), berkerut (rugosus),
berbingkul-bingkul (bullatus), berbulu (pilosus), berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu kasar (hispidus),
dan bersisik (lepidus).
Pada pengamatan yang dilakukan saat praktikum helaian daun dilakukan
pada daun dari tumbuhan kamboja (Plumeria
acuminata), bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa), waru (Hibiscus tiliaceus),
pegagan (Centela asiatica), wewehan (Monochoria hastata), tapak liman (Elepanthopus scaber), ketela pohon (Manihot utilissima), waluh (Cucurbita moschata), pinus (Pinus merkusii), beluntas (Plucea indica), lidah buaya (Aloe sp.), jambu biji (Psidium guajava), jati (Tectona grandis), sidaguri (Sida acuta). Pengamatan pertama
dilakukan pada daun kamboja (Plumeria
acuminata) dapat diketahui pada daun kamboja memiliki bentuk bangun lanset
(lanceolatus) pada ujung daunnya
meruncing (acuminatus), pangkal
daunnya runcing (acutus) tepi daunnya
rata (integer), permukaan daunnya
licin mengkilat (laevis), berwarna
hijau tua pertulangan daunnya menyirip (penninervis)
dan daging daunnya bertipe tipis lunak (herbaceus)
daun kamboja juga memiliki ibu tulang daun (costa),
tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa) dapat diketahui pada daun bunga pukul empat memiliki bentuk delta (deltoideus), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya rompang (truncatus), tepi daunnya rata (integer), permukaan daunnya licin (laevis), warna daunya hijau tua,
pertulangan daunnya menyirip (penninervis),
daging daunnya tipe tipis lunak (herbaceus)
daun bunga pukul empat juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus
lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada daun waru (Hibiscus tiliaceus) memiliki bentuk
bangun jantung (cordatus), ujung
daunnya meruncing (acuminatus),
pangkal daunnya berlekuk (emorginatus),
tepi daunnya beringgit (crenatus),
permukaan daunnya terdapat bulu halus (villosus),
warna daunnya hijau tua pertulangan daunnya menjari (palminervis), daging daunnya seperti kertas (papyraceus) daun waru juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun pegagan (Centela
asiatica) memiliki bentuk bangun ginjal (reniformis), ujung daunnya membulat (rotundatus), pangkal daunnya berlekuk (emarginatus), tepi daunnya beringgit (crenatus), permukaan daunnya licin (laevis), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menjari (palminervis), dahing daunnya tipis lunak
(herbaceus) daun pegagan juga
memiliki ibu tulang daun (costa),
tulang-tulang cabang (nervus lateralis)
dan urat-urat daun (vena). Pada daun
wewehan (Monochoria hastata) memiliki
bentuk bangun jantung (cordatus),
ujung daunnya meruncing (acuminatus),
pangkal daunnya berlekuk (emarginatus),
tepi daunnya rata (integer),
permukaan daunnya licin (laevis),
daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya melengkung (cervinervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus).
Pada daun tapak liman (Elepanthopus
scaber) memiliki bentuk bangun sudip (spathulatus),
ujung daunnya runcing (acutus),
pangkal daunnya runcing (acutus),
tepi daunnya berombak (repandus),
permukaan daunnya berbulu (pilosus),
daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun tapak liman juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena). Pada daun ketela pohon (Manihot utilissima) memiliki bentuk
bulat (orbicularis), ujung daunnya
meruncing (acuminatus), pangkal
daunnya bertemu, tepi daunnya berbagi menjari (palmatipartitus), permukaan daunnya licin (laevis), daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menjari (palminervis), daging daunnya tipis lunak
(herbaceus) daun ketela pohon juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun waluh (Cucurbita
moschata) memiliki bentuk daunnya membulat (orbicularis), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya berlekuk (emarginatus), tepi daunnya bergigi (dentatus), permukaan daunnya berbulu kasar (hispidus), daunnya berwarna hijau tua, pertulangan daunnya menjari
(palminervis), daging daunnya tipis
lunak (herbaceus) daun waluh juga
memiliki ibu tulang daun (costa),
tulang-tulang cabang (nervus lateralis)
dan urat-urat daun (vena). Pada daun
pinus (Pinus merkusii) memiliki
bentuk bangun jarum (acerosus), ujung
daunnya runcing (acutus), pangkal
daunnya rata (truncatus), tepi
daunnya rata (integer), permukaan
daunnya licin (laevis) daunnya
berwarna hijau, pertulangan daunnya sejajar (rectinervis), daging daunnya seperti perkamen (perkamentus) daun pinus juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada daun beluntas (Plucea indica)
memiliki bentuk bangun telur sungsang (obovatus),
ujung daunnya runcing (acutus),
pangkal daunnya runcing (acutus),
tepi daunnya bergigi (dentatus),
permukaan daunnya berbulu halus (villosus),
daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun beluntas juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Pada lidah buaya (Aloe sp.) memiliki
bentuk bangun pedang (ensiformis),
ujungnya runcing (acutus), pangkalnya
rata (truncatus), tepi daunnya
bergigi (dentatus), permukaan daunnya
licin (laevis), daunnya berwarna
hijau muda, pertulangan daunnya sejajar (rectinervis),
daging daunnya tipe berdaging (carnosus).
Pada daun jambu biji (Psidium guajava) memiliki bentuk jorong (ovalis), ujung daunnya tumpul (obtusus), pangkal daunnya membulat (rotundatus), tepi daunnya rata (integer), permukaan daunnya berkerut (rugasus), daunnya berwarna hijau,
pertulangan daunnya menyirip (penninervis),
daging daunnya seperti kertas (papyraceus)
daun jambu biji juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus
lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Daun jati (Tectona grandis) memiliki bentuk jorong (ovalis), ujung daunnya meruncing (acuminatus), pangkal daunnya runcing (acutus), tepi daunnya beringgit (crenatus), permukaan daunnya kasap (scaber), daunnya berwarna hijau, pertulangan
daunnya menyirip (penninervis),
daging daunnya seperti kertas (papyraceus)
daun jati juga memiliki ibu tulang daun (costa),
tulang-tulang cabang (nervus lateralis)
dan urat-urat daun (vena). Pada daun
sidaguri (Sida acuta) memiliki bentuk
bangun jantung sungsang (obcordatus),
ujung daunnya meruncing (acuminatus),
pangkal daunnya tumpul (obtusus),
tepi daunnya bergerigi (dentatus),
permukaan daunnya berbulu halus (villosus),
daunnya berwarna hijau, pertulangan daunnya menyirip (penninervis), daging daunnya tipis lunak (herbaceus) daun sidaguri juga memiliki ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) dan urat-urat daun (vena).
Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk yaitu pada tangkai daunnya hanya
terdapat satu helaian daun saja maka disebut daun tunggal (folium simplex) sedangkan jika tangkainya bercabang-cabang dan baru
pada cabang tangkai terdapat helaian daun sehingga terdapat lebih dari satu
helaian daun, daun dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk (folium compositum).
Bagian-bagian pada daun majemuk dapat dibedakan menjadi beberapa bagian
yaitu ibu tangkai daun (potiolus communis)
yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya
yang disebut anak daun. Tangkai anak daun (petiololus)
yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian ini dianggap
sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh karena
itu di dalam ketiaknya tidak pernah terdapat suatu kuncup. Anak daun (foliolum) bagian ini adalah bagian
helaian daun yang terpisah-pisah karena besarnya toreh, anak daun pada suatu
daun majemuk biasanya mempunyai tangkai yang pendek atau hampir duduk pada ibu
tangkai. Upih daun (vagina) yaitu
bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang.
Daun majemuk menyirip (pinnatus)
adalah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun
yang tersusun seperti sirip pada ikan seperti pada daun mawar (Rosa sp.). Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus) yaitu daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun
memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan misalnya
pada daun randu (Ceiba pentandra).
Daun majemuk campuran (digitatopinnatus)
adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai
memencar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada
cabang-cabang ibu tangkai terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip jadi
daun majemuk campuran adalah campuran susunan daun yang menjari dan menyirip
seperti pada daun sikejut (Mimosa pudica).
Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang
paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai melainkan pada tangkai anak daun
yang disampingnya seperti pada Araceae.
Daun majemuk
menyirip dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu, daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus) yang disebut sebagai daun
tunggal, tetapi di tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio), jadi helaian daun tidak
langsung terdapat pada ibu tangkai. Pada daun ini terdapat lebih dari satu
helaian daun, hanya saja yang lainnya tereduksi sehingga tersisa satu anak daun
saja. Selanjutnya yaitu daun majemuk menyirip
genap (abrupte pinnatus) terdapat
sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan
di kanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu biasanya jumlah anak daunnya genap.
Akan tetapi pada suatu daun majemuk menyirip anak-anak daun tidak selalu
berpasang-pasangan,
maka untuk menentukan daun majemuk menyirip genap atau tidak adalah dengan cara
melihat ujung tangkainya. Jika ujung tangkainya terputus artinya pada ujung ibu
tangkai tidak terdapat suatu anak daun sehingga ujung tangkai bebas maka daun
majemuk menyirip genap atau mempunyai anak daun yang gasal. Selanjutnya yaitu daun
majemuk menyirip gasal (imparpinnatus)
dilihat dari jumlah anak
daunnya yang gasal atau berpasang-pasangan
sedangkan di ujung ibu tangkai terdapat anak daun yang tersendiri.
Daun majemuk
menyirip dibedakan lagi menurut duduknya anak-anak daun pada tangkai, dan juga
menurut besar kecilnya anak-anak daun pada tangkai yaitu, daun majemuk menyirip
dengan anak daunnya yang berpasang-pasangan
yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-hadapan. Menyirip
berseling, jika anak daun pada ibu tangkai dudukya berseling. Menyirip
berselang-seling (interrupte pinnatus)
yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berselang-seling pasangan anak daun yang
lebar dengan pasangan anak daun yang sempit. Pada suatu daun majemuk dapat
terlihat bahwa anak daun tidak langsung duduk pada ibu tangkainya, melainkan
pada cabang
ibu tangkai oleh karena itu dinamakan daun majemuk rangkap atau daun majemuk
ganda.
Daun majemuk
menyirip ganda dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat
berapa dari ibu tangkainya yaitu, majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus) jika anak daun duduk pada
cabang tingkat satu dari ibu tangkai, majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus) jika anak-anak daun duduk
pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai, dan majemuk menyirip ganda empat,
begitupun seterusnya. Daun menyirip ganda dibedakan lagi menjadi dua yaitu,
menyirip ganda dengan sempurna jika tidak ada satu anak daun pun yang duduk
pada ibu tangkai dan menyirip ganda tidak sempurna jika masih ada anak daun
yang duduk langsung pada ibu tangkainya.
Daun majemuk
menjari (palmatus atau digitatus) ialah daun majemuk yang semua
anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya
jari-jari pada tangan. Daun majemuk menjari dapat dibedakan berdasarkan jumlah
anak daunnya yaitu beranak daun dua (bifoliolatus)
jika pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun, beranak daun tiga (trifoliolatus) jika pada ujung ibu
tangkai terdapat tiga anak daun yang dapat dijumpai pula pada daun majemuk yang
menyirip. Untuk membedakan dapat dilihat dari pertemuan ketiga tangkai anak
daunnya, jika semua bertemu pada satu titik (ujung ibu tangkai), berarti
menjari jika tidak maka menyirip. Beranak daun lima (quinquefoliolatus) jika pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak
daun, dan beranak daun tujuh (septemfoliolatus)
jika ada tujuh anak daun pada ujung ibu tangkai. Jika daun majemuk menjari
mempunyai tujuh anak daun atau lebih maka dapat dikatakan beranak daun banyak (polyfoliolatus).
Pada praktikum yang telah dilakukan tentang daun majemuk (Folium Compositum) melakukan pengamatan
pada daun kapuk randu (Ceiba pentandra),
putri malu (Mimosa pudica), mawar (Rosa sp.), kelor (Moringa oleifera), lamtoro (Leucana
glauca), jeruk (Citrus sp.), dan
belimbing (Averhoa carambola).
Pengamatan pertama dilakukan pada daun kapuk randu (Ceiba pentandra), daun kapuk randu termasuk daun majemuk mejari
beranak daun tujuh (septemfoliolatus)
karena anak daunnya berjumlah tujuh dan masing-masing anak daunnya berpisah.
Daun kapuk randu terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum).
Pada daun putri malu (Mimosa pudica),
daun putri malu termasuk daun majemuk campuran karena pada susunan daunnya
tersusun secara menjari dan menyirip, anak daunnya tersusun menyirip. Daun
putri malu terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus
communis), tangkai anak daun (petiololus),
dan anak daun (foliolum).
Pada daun mawar (Rosa sp.),
daun mawar termasuk daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus) karena hanya ada satu anak daun yang menutupi ibu tangkai,
daun mawar juga mempunyai alat tamabahan berupa stipulae adnatae. Daun mawar
terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus
communis), tangkai anak daun (petiololus),
dan anak daun (foliolum). Pada daun
kelor (Moringa oleifera), daun kelor
termasuk daun majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus)
karena anak-anak daun duduk pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai, dan
termasuk daun majemuk menyirip ganda tidak sempurna karena masih ada anak daun
yang langsung duduk pada ibu tangkainya. Daun kelor terdiri dari ibu tangkai
daun (potiolus communis), tangkai
anak daun (petiololus), dan anak daun
(foliolum).
Pada daun lamtoro (Leucaena glauca),
daun lamtoro termasuk daun majemuk menyirip ganda rangkap dua sempurna karena
anak daun duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai (bipinnatus) dan termasuk daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus) karena anak daunnya
berpasang-pasangan di kanan dan kiri ibu tulang dan berjumlah genap. Daun
lamtoro terdiri dari ibu tangkai daun (potiolus
communis), tangkai anak daun (petiololus),
dan anak daun (foliolum) dan cabang
tingkat satu. Pada daun jeruk (Citrus
sp.), daun jeruk termasuk daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus) karena sesungguhnya terdapat
lebih dari satu helaian daun, hanya saja daun yang lainnya sudah tereduksi
sehingga hanya tinggal satu anak daun saja. Daun jeruk terdiri dari ibu tangkai
daun (potiolus communis), tangkai
anak daun (petiololus), dan anak daun
(foliolum), dan persendian. Pada daun
belimbing (Averhoa carambola), daun
belimbing termasuk daun majemuk menyirip gasal tidak sempurna (imparipinnatus) karena hanya ada satu
anak daun yang menutupi ujung ibu tangkainya. Daun belimbing terdiri dari ibu
tangkai daun (potiolus communis),
tangkai anak daun (petiololus), dan
anak daun (foliolum).
Tata letak daun pada batang (phyllotaxis
atau dispositio foliorum) adalah
aturan mengenai letak daun pada batang, tata letak daun dapat juga digunakan
sebagai pengenal pada tumbuhan. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku
batangnya dapat dikelompokkan menjadi pada tiap buku-buku batang hanya terdapat
satu daun maka disebut tersebar (folia
sparsa), pada berbagai jenis tumbuhan yang letak daunnya tersebar kadang
ada daun yang letaknya rapat dan berjejal-jejal yaitu jika ruas sangat pendek
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sukar untuk
menentukan urutan tua dan mudanya yang disebut dengan roset. Roset dibagi
menjadi dua yaitu roset akar jika batang sangat pendek sehingga semua daunnya
berjejal-jejal di atas tanah, roset batang yaitu jika daun yang rapat
berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Selanjutnya yaitu pada tiap
buku-buku batang terdapat dua daun yang letaknya berhadapan dan terpisah oleh
jarak sebesar 180o dan pada buku-buku batang berikutnya biasanya
keduanya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tata letak daun
ini disebut berhadapan bersilang. Selanjutnya yaitu pada tiap buku-buku batang
terdapat lebih dari dua daun, tata letak daun yang demikian disebut tata letak
daun berkarang.
Pada praktikum yang sudah dilakukan tentang phyllotaxis melakukan
pengamatan pada daun soka (Ixora paludas),
srikaya (Annona squamosa), tapak
liman (Elepanthopus scaber), begonia
(Begonia sp.), bunga mentega (Nerium oleander). Pengamatan pertama
dilakukan pada daun soka (Ixora paludas),
daun soka tata letak daunnya ayitu berhadapan bersilang karena dua daun pada
setiap buku-buku itu letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180o),
pada buku-buku batang berikutnya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan
dua daun di bawahnya. Pada daun srikaya (Annona
squamosa), daun srikaya dapat diketahui letak daunnya berseling karena pada
satu buku hanya terdapat satu helai daun. Pada daun tapak liman (Elepanthopus scaber), daun tapak liman
termasuk ke dalam roset akar karena batangnya sangat pendek sehingga semua
daunnya berjejal-jejal di atas tanah dan sangat dekat dengan akar. Pada daun
begonia (Begonia sp.), daun begonia
termasuk ke dalam mosaik daun karena pada cabang-cabang yang mendatar atau
serong ke atas daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sehingga
helaian-helaian daun pada cabang teratur pada suatu bidang datar dan membentuk
suatu pola seperti mosaik (pola karpet). Pada daun mentega (Nerium oleander), tata letak daun
mentega termasuk berkarang karena pada tiap buku-buku batang terdapat lebih
dari dua daun.
VII. PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Daun berfungsi sebagai alat untuk resorbsi, asimilasi, transpirasi, dan
respirasi. Daun dapat dikatakan daun lengkap apabila memiliki tangkai daun,
upih daun, dan helai daun. Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk yaitu pada
daun tunggal, pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja jika
tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai terdapat helaian daun
sehingga terdapat lebih dari satu helaian daun disebut daun majemuk. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku
batangnya dapat dikelompokkan menjadi pada tiap buku-buku batang hanya terdapat
satu daun maka disebut tersebar, jenis tumbuhan yang letak daunnya tersebar
kadang ada daun yang letaknya rapat dan berjejal-jejal yaitu jika ruas sangat
pendek sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi disebut dengan
roset, pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang letaknya berhadapan
dan terpisah oleh jarak sebesar 180o dan pada buku-buku batang
berikutnya biasanya keduanya membentuk suatu silang dengan dua daun yang
dibawahnya tata letak daun ini disebut berhadapan bersilang, pada tiap
buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun, tata letak daun yang demikian
disebut tata letak daun berkarang.
7.2
Saran
- Diharapkan
sebelum praktikum dilakukan, praktikan harus sudah mempelajari apa yang akan
dipraktikumkan agar memperlancar jalannya praktikum.
boleh minta daftar pustakanya min?
BalasHapus